Sabtu, 14 Desember 2013

“PENGGUNAAN MEDIA KARDUS BEKAS DALAM PEMBELAJARAN MATERI BANGUN DATAR ”



TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN


PENGGUNAAN MEDIA KARDUS BEKAS DALAM PEMBELAJARAN MATERI BANGUN DATAR
DOSEN PENGAMPU : DR. INDRIATI KUSUMA



OLEH :

CHINTA PRAMITA
1210074



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat. Penerapan matematika telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya perhitungan untung rugi, menghitung dana deposito, menghitung dana pensiunan, menghitung harga satuan barang, menghitung luas dan keliling suatu daerah atau tempat dan lain-lain.
Namun demikian, masih banyak siswa yang menanyakan apa kegunaan matematika dalam kehidupan. Para siswa tidak dapat menyadari bahwa kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari tidak terlepas dari matematika. Hal ini dikarenakan tidak adanya contoh yang kongkrit dalam pembelajaran sehingga siswa tidak mengerti maksud dari pembelajaran.
Agar matematika mudah dipahami seorang guru harus dapat merancang suatu media pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan sehingga siswa dapat menerima materi ajar dan dapat mengaplikasikannya kedalam kehidupan mereka. pada makalah ini akan dijelaskan penggunaan media kardus bekas dalam pembelajaran matematika dengan sub materi “menghitung luas dan keliling bangun datar yang di raster”. Penggunaan kardus bekas sebagai media dalam sub materi ini dikarenakan bahannya mudah didapat, tidak memerlukan dana yang besar, dan mudah diaplikasikan dalam beberapa model bangun datar.
B.     MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
1.      PENGERTIAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Guruan (Association for Education and Communication technology/AECT) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional (Asnawir dan Usman, 2002:11).
Gerlach & Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2002:3). Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Arif S. Sadiman, 2003:6).
Adapun media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:112) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.
2.      FUNGSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002:24):
1.         Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
2.         Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit)
3.         Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).
4.         Semua indra siswa dapat diaktifkan.
5.         Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar
3.      MANFAAT MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Beberapa manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991:3) adalah:
1.      Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
3.      Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Maka dapat diambil kesimpulan manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi untuk belajar dan materi yang diajarkan akan lebih jelas, cepat dipahami sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
C.     STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)
1.      LANDASAN FILOSOFI RME
Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME). RME merupakan teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di Belanda. Teori ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dapat dipisahkan dari sifat matematika seseorang memecahkan masalah, mencari masalah, dan mengorganisasi atau matematisasi materi pelajaran. Freudenthal berpendapat bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha mereka sendiri. Siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali matematika di bawah bimbingan orang dewasa. Proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan “dunia riil” atau dunia nyata dan lingkungannya. Dunia nyata disini maksudnya adalah hal-hal yang bersifat konkrit yang dapat diamati dan dipahami berdasarkan pengetahuan informal siswa lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik di lingkungan siswa, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.
RME menggabungkan pandangan tentang “apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan.” Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah jadi). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-link solution). Siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat yang lebih formal.  Model-model yang muncul dari aktivitas matematik siswa dapat mendorong terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level berpikir matematik yang lebih tinggi.
RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa, menekankan keterampilan “proses of doing mathematics”, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individual maupun kelompok.
Selama proses pembelajaran siswa perlu mengembangkan ide-ide mereka dan memahami konsep dari pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan apa yang ada disekeliling  mereka sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna.
2.      DEFINISI DAN CIRI-CIRI RME
RME atau pendidikan matematika realistik adalah suatu pendekatan yang memandang matematika sebagai suatu kegiatan manusia (human activities) dan belajar matematika sebagai suatu kegiatan matematika (doing of mathematics). RME merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk matematika. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa.
Sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran, RME memiliki ciri-ciri yang dapat membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Adapun ciri-ciri RME adalah sebagai berikut:
a.       Menggunakan konteks dunia nyata, yaitu masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang diinginkan muncul.
b.      Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan matematika.
c.       Menggunakan hasil dan kontruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, dibawah bimbingan guru.
d.      Pembelajaran terfokus pada siswa.
e.       Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi kegiatan memecahkan masalah kontekstual yang realistic, mengorganisasikan pengalaman matematika dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah tersebut.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa berperan aktif dalam mengemukakan ide-ide dan konsep-konsep baru dalam pembelajaran yang berdasarkan pengalaman dan pemahaman siswa dari dunia nyata.
3.      IMPLEMENTASI RME
Secara umum RME mengkaji materi apa yang akan diajarkan kepada siswa berserta rasionalnya (mengapa materi itu perlu diajarkan), bagaimana siswa belajar matematika, bagaimana topik-topik matematika seharusnya diajarkan, serta bagaimana menilai kemajuan belajar siswa. Menurut Gravemeijer sebagaimana yang dikutip oleh Darto ada tiga prinsip kunci dalam RME yaitu sebagai berikut :
a.       Penemuan kembali secara terbimbing (Guided Reinvention).
b.      Fenomena Dikdaktik (Didactical Phenomenology).
c.       Pemodelan (Emerging Models).
Penjelasan secara lebih rinci tentang tiga prinsip kunci dalam RME tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Penemuan kembali secara terbimbing (Guided Reinvention)
Melalui topik-topik  matematika yang disajikan, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses yang dilalui oleh pakar matematika ketika menemukan konsep-konsep matematika. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan sejarah matematika, memberikan soal-soal kontekstual yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi (soal divergen), dilanjutkan dengan mematematisasi prosedur pemecahan yang sama, serta perancangan rute (alur) belajar sedemikian rupa sehingga siswa menemukan sendiri konsep-konsep atau hasil.

b.      Fenomena Dikdaktik (Didactical Phenomenology)
Dalam RME, topik-topik matematika yang diajarkan harusnya dikaitkan dengan fenomena sehari-hari. Topik-topik ini dipilih dengan dua pertimbangan : (1) aplikasinya, (2) kontribusinya untuk perkembangan matematika lanjut. Pada pembelajaran matematika, siswa diberi masalah soal-soal matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, kemudian mereka diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri. Dengan demikian pengajaran dirancang sedemikian hingga siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya dengan bimbingan guru.
c.       Pemodelan (Emerging Models)
Melalui pembelajaran dengan pendekatan RME, siswa mengembangkan model mereka sendiri sewaktu memecahkan soal-soal kontekstual. Pada awalnya, siswa akan menggunakan model pemecahan yang informal (model of), setelah terjadi interaksi dan diskusi di kelas, salah satu pemecahan yang dikemukakan siswa akan berkembang menjadi model yang formal.
Pembelajaran matematika berbasis RME harus dekat dengan kehidupan dan pengalaman-pengalaman siswa. Di satu sisi, hal ini akan membantu siswa memahami makna dan kegunaan matematika. Di sisi lain, siswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan pemahaman mereka terhadap matematika berdasarkan pengetahuan informal yang solid. Berkaitan dengan hal ini, konteks memegang peranan penting sebagai penghubung antara matematika dengan lingkungan pengalaman siswa. Perlu diingat bahwa konteks  tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa situasi fantasi, yang lebih penting di sini adalah agar siswa dapat menempatkan dirinya di dalam konteks, dan konteks itu sendiri dapat diorganisir secara matematis. Secara lebih rinci bahwa pembelajaran RME haruslah dapat dibayangkan dengan mudah, dapat dikenal, dan situasinya menarik, berhubungan dengan dunia siswa, menghendaki pengorganisasian secara matematis, dimulai dengan pengetahuan informal siswa, dan tidak terpisah dari proses soal-soal pemecahan masalah, melainkan harus dapat membantu sampai ke penyelesaian yang dituju.
4.      KONSEP PEMBELAJARAN RME
Konsep pembelajaran RME sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar, kemampuan dalam memberikan argumentasi didalam penyelesaian soal-soal matematika. Sehingga siswa mengerti apa yang mereka jawab.
Di dalam RME, pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang riil sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam proses tersebut peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses rekontruksi ide dan konsep matematika sesuai dengan aspek-aspek pembelajaran dalam RME.
Adapun aspek-aspek pembelajaran matematika dalam RME menurut De lange yang dikutip oleh Sutarto Hadi adalah sebagai berikut:
a.       Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat dalam pembelajaran secara bermakna.
b.      Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
c.       Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.
d.      Pengajaran berlangsung secara interktif: siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa siswa tidak dianggap sebagai penerima pasif, sebaliknya siswa dianggap sebagai manusia yang memiliki seperangkat pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pemikiran tersebut, RME mempunyai konsep tentang siswa. Konsep tentang siswa tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
b.      Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
c.       Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan.
d.      Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman.
e.       Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematik.
Selama proses pembelajaran siswa perlu mengembangkan ide-ide mereka dan memahami konsep dari pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan apa yang ada disekeliling  mereka sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam proses tersebut peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses mengungkapkan kembali ide dan konsep matematika  separti yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun peran guru dalam RME adalah sebagai berikut:
a.       Guru hanya sebagai fasilitator.
b.      Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.
c.       Guru harus memberikan kesempatan pada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya sendiri, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil.
d.      Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosia.
Dengan demikian pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan RME dapat menggiring siswa ikut aktif dalam pembelajaran dengan arahan dan bimbingan guru. Arahan dan bimbingan guru bertujuan agar ide-ide yang di kemukakan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    MATERI BANGUN DATAR
Bangun datar biasa dikenal dengan Dimensi Dua. Materi ini diberikan kepada siswa kelas XI SMK untuk semua jurusan. Sekilas materi ini tidak terlihat mudah, tetapi jika beberapa bangun datar di gabungkan dalam suatu rangkaian dan sisi yang diketahui panjangnya, maka siswa akan mulai kebingunan melihat rangkaian bangun datar tersebut. Siswa akan mulai berpikir bagian yang mana dulu yang harus mereka kerjakan. Untuk siswa yang mempunyai semangat belajar yang tinggi, mereka akan berusaha mencari penyelesaiannya. Namun, siswa yang memiliki semangat belajar yang rendah mereka akan membiarkan hal tersebut.
Pada materi bangun datar terdapat 3 Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa, yaitu:
1.      Mengidentifikasi sudut
2.      Menentukan luas dan keliling bangun datar
3.      Transformasi bangun datar
Berdasarkan 3 KD tersebut, maka penerapan media yang digunakan terfokus pada KD ke-2 yaitu menentukan luas dan keliling bangun datar dengan sub materi menentukan luas dan keliling bangun datar.
B.     PENERAPAN ASSURE DALAM PEMBELAJARAN
Model ASSURE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran. Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini, berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan belajar.Assure model di desain untuk membantu Guru dalam merancang rencana pembelajaran yang terintegrasi dan efektif dengan menggunakan teknologi dan Media dalam kelas.
1.      Analyze learner (menganalisis pebelajar)
Pada tahap ini guru menganalisi siswa dengan cara melihat latar belakang siswa, melihat cara siswa belajar, memperhatikan cara siswa menyelesaikan suatu permasalah, dan mendengarkan pendapat atau ide yang diberikan oleh siswa. Dalam hal ini sebagian besar siswa yang saya ajar adalah siswa yang dapat dikatakan memiliki kemampuan menganalisa dan memecahkan masalah yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil latihan-latihan yang diberikan. Jika soal yang diberikan berupa analisa, maka siswa hanya sebagian kecil yang dapat menyelesaikannya. Para siswa akan lebih semangat dalam pembelajaran jika menggunakan media tertentu sehingga mereka tidak terpaku dengan penjelasan yang diberikan guru yang terkesan menceramahi. Penggunaan media pada sub materi menghitung luas dan keliling bangun datar yang diraster diharapkan dapat membuat proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan siswa dapat memahami materi yang diberikan.
2.      State Standards and Objacctives (merumuskan tujuan pembelajaran)
Tahap selanjutnya adalah menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa dapat menentukan luas dan keliling dari bangun datar yang diraster sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Select Strategies , Technology, Media , and Materials (memilih strategi , metode, media dan bahan ajar)
Tahap ketiga adalah memilih strategi, metode pembelajaran, media, dan bahan ajar yang tepat. Pada materi ini saya menggunakan metode pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). RME merupakan metode pembelajaran yang member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki sehingga mereka dapat mengembangkan ide yang dimiliki dan akhirnya dapat menemukan sesuatu yang baru dan berguna dalam pembelajaran. RME juga metode pembelajaran dimana siswa belajar dari apa yang mereka ketahui dan memberikan contoh-contoh sesuai apa yang pernah mereka lakukan. Ada 5 fase dalam RME, yaitu:
a.       Establishing set
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
b.      Demonstrating
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap
c.       Guided practice
Merencanakan dan memberi pelatihan awal
d.      Feed back
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
e.       Extended practice
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari
Agar RME dapat berjalan dengan semestinya, maka diperlukan media yang menunjang pembelajaran. Media yang digunakan adalah media yang dapat dirasakan oleh siswa, dapat dilihat dan disentuh oleh siswa. Media yang digunakan adalah kardus bekas yang telah di desain berbentuk beberapa bangun datar sebelumnya. Agar media tersebut dapat menarik siswa, maka kardus bekas tersebut di beri tempelan kertas minyak dan diharapka siswa lebih bersemangat dan termotivasi uantuk belajar.
4.      Utilize Tachnology ,Media , and Material (memanfaatkan Teknologi , media, dan bahan ajar)
Setelah seluruh perangkat pembelajaran siap digunakan, maka tahap selanjutnya adalah penerapan di dalam kelas. Seluruh media yang telah dibuat diharpkan dapat mempermudah guru dalam memberikan materi dan sisiwa dengan cepat dapat menerima materi tersebut. Penggunaan media dalam pembelajaran harus disertai dengan pengawasan dan kedisiplinan yang tinggi, karena jika terlalu mengedepankan media dalam pembelajaran, siswa dapat bermain-main dan tujjan pembelajaran tidak tercapai.
5.      Require Learner Participation (mengembangkan peran serta pebelajar)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri mereka dengan cara dipilih salah seorang siswa, kemudian siswa tersebut diminta untuk menyusun beberapa bangun datar sehingga membentuk rangkaian dan mencari nilai luas serta kelilingnya. Guru juga dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok ditugaskan untuk membuat rangkaian bangun datar. Setelah rangkaian tersebut selesai, maka kelompok lain yang akan mencari luas dan keliling dari rangkaian bangun datar tersebut.
6.      Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki)
Setelah semua kegiatan pembelajaran dilaksanak, maka tugas guru selanjutnya adalah menilai pekerjaan siswa dan memperbaiki jika terdapat kesalahan. Selanjutnya siswa dan guru merangkum pembelajaran.
BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A.    LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN MEDIA PEMBELAJARAN
1.      PENGGUNAAN KARDUS BEKAS SEBAGAI MEDIA
Sebelum kardus bekas digunakan sebagai media pembelajaran, kardus tersebut harus di olah terlebih dahulu. Kardus didesain sedemikian rupa membentuk beberapa bangun datar. Setelah  itu, beberapa bangun datar disusun sesuai pola yang diinginkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media ini adalah :
a.       Bagian warna putih pada susunan gambar. Bagian putih ini adalah luas daerah bangun datar yang di raster.
b.      Bagian garis hitam tebal. Bagian ini adalah keliling daerah bangun datar yang diraster
2.      DESAIN MEDIA
a.       Alat dan bahan
Untuk menggunakan kardus bekasa sebagai media dalam pembelajaran yang perlu di perhatikan adalah kelengkapan alat dan bahan yang digunakan. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah:
1)      Beberapa kardus bekas
2)      Gunting
3)      Lem
4)      Kertas miyak beragam warna
5)      Kertas karton putih
b.      Cara membuat
1)      Desain pertama
a)      Gunting kardus berbentuk lingkarang dengan diameter 14 cm
b)      Lingkaran tersebut digunting 4 bagian sehingga menjadi ¼ lingkaran, kemudian tempelkan kertas miyak.
c)      Gunting kardus berbentuk persegi dengan panjang sisi 14 cm kemudian tempelkan kertas katon putih sebagai dasar rangkaian bangun datar
d)     Gabungkan beberapa potong ¼ lingkaran ke bangun persegi
 




2)      Desain kedua
a)      Gunting 1 buah lingkaran dengan diameter 14 cm, bagi 2 kemudian 1 sisi tempelkan kertas minyak dan sisi lain tempelkan dengan kertas putih
b)      Gunting 1 buah segitiga sama kaki dengan panjang alas 14 cm dan tinggi 7 cm, kemudian tempelkan dengan kertas minyak
c)      Gunting 1 buah persegi dengan panjang sisi 14 cm, tempelkan dengan kertas karton putih.




 










3)      Desain ketiga
a)      Gunting 1 buah persegi dengan panjang sisi 20 cm kemudian tempelkan dengan kertas minyak
b)      Gunting 1 buah lingkaran dengan diameter 20 cm kemudian temple dengan kertas karton putih
c)      Gunting ½ lingkaran dengan diameter 20 cm, bagi 2, kemudian tempelkan dengan kertas minyak
d)     Rangkailah bangun-bangun tersebut



 




4)      Desain keempat
a)      Guntinglah ½ lingkaran dengan diameter 28 cm kemudian tempelkan dengan karton putih
b)      Guntinglah ½ lingkaran dengan diameter 14 cm kemudian tempelkan dengan kertas minyak
c)      Rangkailah bangun tersebut


5)      Desain kelima
a)      Guntinglah 1 buah persegi panjang dengan panjang 21 cm dan lebar 14 cm kemuadian tempelkan dengan karton putih
b)      Guntinglah ¼ lingkarang dengan jari-jari 14 cm kemudian tempelkan dengan kertas minyak
c)      Guntinglah ½ lingkaran dengan diameter 14 cm kemudian tempelkan dengan kertas minyak
d)     Rangkailah bangunan tersebut


 




B.     RPP
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran              : Matematika
Kelas/Semester             : XI/2
Jurusan                          : Adm. Perkantoran, Pemasaran, Akuntansi
Alokasi Waktu              : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi     : Menentukan kedudukan jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi dua
Kompetensi Dasar        : Menentukan luas dan keliling bangun datartidak beraturan (daerah raster)
I.         Indikator
1.      Menentukan luas dan keliling bangun atar yang tidak beraturan (raster)
II.      Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat menentukan luas dan keliling bangun datar yang tidak beraturan (raster)

III.    Materi Pelajaran
1.      Luas bangun datar yang diraster
IV.   Metode Pembelajaran
1.      Realistic Mathematics Education (RME)
V.      Langkah Pembelajaran
1.      Pendahuluan Fase 1 (Establishing Set)
a.       Apersepsi : Mengingat kembali tentang rumus luas dan  keliling bangun datar
b.      Motivasi : Menghubungkan materi yang diajarkan kedalam kehidupan sehari-hari siswa serta berdasarkan apa yang ada disekeliling siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pemahaman siswa.
c.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar
2.      Kegiatan inti
a.       Fase 2 (Demonstrating)
1)      Guru menampilkan satu bangun persegi berwarna putih dan bertanya kepada siswa bagaimana menentukan luas bangun tersebut.
2)      Siswa menjawab pertanyaan siswa dan guru meresponnya.
3)      Guru kembali menampilkan bangun ¼ lingkaran dan meletakkan di sudut bangun persegi sehingga persegi ditutupi dengan bangun ¼ lingkaran tersebut
4)      Guru bertanay kepada siswa bagaimana cara menentukan luas bangun datar yang tidak tertutup.
5)      Jika siswa tidak mengetahui jawabannya, maka guru menjelaskan cara menentukan luas bangun datar tersebut dengan cara terlebih dahulu harus menentukan luas persegi, kemudian menentukan luas ¼ lingkaran. Setelah itu untuk menentukan luas yang tidak tertutupi dengan cara mencari selisih antara kedua bangun tersebut.
6)      Guru memastikan pemahaman siswa
7)      Guru kembali menampilkna bangun ¼ lingkaran sebanayk 3 buah dan kembali menutupi bagian sudut bangun persegi.
8)      Guru bertanya kembali bagaimana cra menentukan luas bangun yang tidak tertutupi.
9)      Guru mempersilahkan siswa untuk menuliskan cara dan jawabannya di papan tulis.
10)  Guru memeriksa jawaban siswa
b.      Fase 3 (Guided Practice) : Guru membagikan lembar latihan awal kepada siswa (terlampir) dan membimbing siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan latihan.
c.       Fase 4 (Feed Back) : Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan cara guru meminta beberapa siswa untuk memaparkan hasil kerjanya dipapan tulis dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikan dengan seksama. Selanjutnya guru dan siswa mendiskusikan kebenaran hasil kerja yang sudah dipaparkan.
d.      Fase 5 (Extended Practice) : Guru memberikan latihan lanjutan (terlampir)
3.      Penutup
a.       Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
b.      Guru memberikan informasi kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya di rumahda memberikan siswa Pekerjaan Rumah (PR).
VI.   Sumber Belajar
1.      Buku matematka kelas XI
2.      LKS
VII.Penilaian
1.      Kuis
2.      Tes tertulis
3.      Penugasan
4.      Pengamatan

Mengetahui,                                                                            Pekanbaru,    Juli 2013
Kepala Sekolah                                                                       Guru Bidang studi


Drs. Rahman, M. Pd                                                               Chinta Pramita, S. Pd



RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran              : Matematika
Kelas/Semester             : XI/2
Jurusan                          : Adm. Perkantoran, Pemasaran, Akuntansi
Alokasi Waktu              : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi     : Menentukan kedudukan jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi dua
Kompetensi Dasar        : Menentukan luas dan keliling bangun datartidak beraturan (daerah raster)
I.          Indikator
1.       Menentukan luas dan keliling bangun atar yang tidak beraturan (raster)
II.      Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat menentukan luas dan keliling bangun datar yang tidak beraturan (raster)
III.    Materi Pelajaran
1.      Keliling bangun datar yang diraster
IV.   Metode Pembelajaran
1.       Realistic Mathematics Education (RME)
V.      Langkah Pembelajaran
1.      Pendahuluan Fase 1 (Establishing Set)
a.       Apersepsi : Mengingat kembali tentang rumus luas dan  keliling bangun datar
b.      Motivasi : Menghubungkan materi yang diajarkan kedalam kehidupan sehari-hari siswa serta berdasarkan apa yang ada disekeliling siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pemahaman siswa.
c.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar
2.      Kegiatan inti
a.       Fase 2 (Demonstrating)
1)      Guru menampilkan satu bangun persegi berwarna putih dan bertanya kepada siswa bagaimana menentukan keliling bangun tersebut.
2)      Siswa menjawab pertanyaan siswa dan guru meresponnya.
3)      Guru kembali menampilkan bangun ¼ lingkaran dan meletakkan di sudut bangun persegi sehingga persegi ditutupi dengan bangun ¼ lingkaran tersebut
4)      Guru bertanya kepada siswa bagaimana cara menentukan keliling bangun datar yang tidak tertutup.
5)      Jika siswa tidak mengetahui jawabannya, maka guru menjelaskan cara menentukan keliling bangun datar tersebut dengan cara terlebih dahulu harus menentukan panjang bujur ¼ lingkaran pertama dengan menggunakan rumus ¼ keliling lingkaran, kemudian menghitung panjang busur lingkaran yang kedua dengan cara yang sama. Setelah itu untuk menentukan keliling yang tidak tertutupi dengan cara menjumlahkan sisi-sisi yang mengelilingi bangun yang tidak beraturan tersebut.
6)      Guru memastikan pemahaman siswa
7)      Guru kembali menampilkan bangun ¼ lingkaran sebanayk 3 buah dan kembali menutupi bagian sudut bangun persegi.
8)      Guru bertanya kembali bagaimana cara menentukan keliling bangun yang tidak tertutupi.
9)      Guru mempersilahkan siswa untuk menuliskan cara dan jawabannya di papan tulis.
10)  Guru memeriksa jawaban siswa
b.      Fase 3 (Guided Practice) : Guru membagikan lembar latihan awal kepada siswa (terlampir) dan membimbing siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan latihan.
c.       Fase 4 (Feed Back) : Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan cara guru meminta beberapa siswa untuk memaparkan hasil kerjanya dipapan tulis dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikan dengan seksama. Selanjutnya guru dan siswa mendiskusikan kebenaran hasil kerja yang sudah dipaparkan.
d.      Fase 5 (Extended Practice) : Guru memberikan latihan lanjutan (terlampir)
3.      Penutup
a.       Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
b.      Guru memberikan informasi kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya di rumahda memberikan siswa Pekerjaan Rumah (PR).

VI.   Sumber Belajar
1.      Buku matematka kelas XI
2.      LKS
VII.Penilaian
1.      Kuis
2.      Tes tertulis
3.      Penugasan
4.      Pengamatan

Mengetahui,                                                                            Pekanbaru,    Juli 2013
Kepala Sekolah                                                                       Guru Bidang studi


Drs. Rahman, M. Pd                                                               Chinta Pramita, S. Pd


Tidak ada komentar :

Posting Komentar