TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN
“PENGGUNAAN MEDIA KARDUS BEKAS DALAM
PEMBELAJARAN MATERI BANGUN DATAR ”
DOSEN
PENGAMPU : DR. INDRIATI KUSUMA

OLEH :
CHINTA PRAMITA
1210074
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Matematika
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat.
Penerapan matematika telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya perhitungan untung rugi, menghitung dana deposito, menghitung dana
pensiunan, menghitung harga satuan barang, menghitung luas dan keliling suatu
daerah atau tempat dan lain-lain.
Namun
demikian, masih banyak siswa yang menanyakan apa kegunaan matematika dalam
kehidupan. Para siswa tidak dapat menyadari bahwa kegiatan yang mereka lakukan
sehari-hari tidak terlepas dari matematika. Hal ini dikarenakan tidak adanya
contoh yang kongkrit dalam pembelajaran sehingga siswa tidak mengerti maksud
dari pembelajaran.
Agar
matematika mudah dipahami seorang guru harus dapat merancang suatu media
pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan sehingga siswa
dapat menerima materi ajar dan dapat mengaplikasikannya kedalam kehidupan mereka.
pada makalah ini akan dijelaskan penggunaan media kardus bekas dalam
pembelajaran matematika dengan sub materi “menghitung luas dan keliling bangun
datar yang di raster”. Penggunaan kardus bekas sebagai media dalam sub materi
ini dikarenakan bahannya mudah didapat, tidak memerlukan dana yang besar, dan
mudah diaplikasikan dalam beberapa model bangun datar.
B. MEDIA
DALAM PEMBELAJARAN
1. PENGERTIAN
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Secara
harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti
“perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Guruan
(Association for Education and Communication technology/AECT) mendefinisikan
media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional (Asnawir
dan Usman, 2002:11).
Gerlach
& Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2002:3). Gagne menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar, sementara itu Briggs berpendapat bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar (Arif S. Sadiman, 2003:6).
Adapun
media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:112) diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat
mendorong proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau
isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.
2. FUNGSI
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Penggunaan
media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa
terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari
penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002:24):
1.
Membantu memudahkan belajar bagi siswa
dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
2.
Memberikan pengalaman lebih nyata (yang
abstrak dapat menjadi lebih konkrit)
3.
Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan
pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).
4.
Semua indra siswa dapat diaktifkan.
5.
Lebih menarik perhatian dan minat murid
dalam belajar
3. MANFAAT
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Beberapa
manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991:3)
adalah:
1. Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
3. Metode
pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4. Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Maka
dapat diambil kesimpulan manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam
proses belajar mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa sehingga menimbulkan
motivasi untuk belajar dan materi yang diajarkan akan lebih jelas, cepat
dipahami sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
C. STRATEGI
REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)
1. LANDASAN
FILOSOFI RME
Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal
mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang
dikenal dengan Realistic Mathematics
Education (RME). RME merupakan teori pembelajaran matematika yang
dikembangkan di Belanda. Teori ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa
matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dapat dipisahkan dari
sifat matematika seseorang memecahkan masalah, mencari masalah, dan
mengorganisasi atau matematisasi materi pelajaran. Freudenthal berpendapat
bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah
jadi. Pendidikan matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi
dan kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention)
matematika berdasarkan usaha mereka sendiri. Siswa harus diberi kesempatan
untuk menemukan kembali matematika di bawah bimbingan orang dewasa. Proses
penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai
persoalan “dunia riil” atau dunia nyata dan lingkungannya. Dunia nyata disini
maksudnya adalah hal-hal yang bersifat konkrit yang dapat diamati dan dipahami
berdasarkan pengetahuan informal siswa lewat membayangkan, sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik di
lingkungan siswa, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.
RME menggabungkan pandangan tentang “apa
itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika
harus diajarkan.” Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang
sebagai passive receivers of ready-made
mathematics (penerima pasif matematika yang sudah jadi). Menurutnya
pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan
kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri.
Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari
penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-link
solution). Siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematik
ke tingkat yang lebih formal.
Model-model yang muncul dari aktivitas matematik siswa dapat mendorong
terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level berpikir matematik
yang lebih tinggi.
RME adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa, menekankan keterampilan “proses of doing mathematics”,
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga
mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu
untuk menyelesaikan masalah baik secara individual maupun kelompok.
Selama proses pembelajaran siswa perlu
mengembangkan ide-ide mereka dan memahami konsep dari pembelajaran dengan cara
menghubungkannya dengan apa yang ada disekeliling mereka sehingga siswa dapat terlibat dalam
proses pembelajaran secara bermakna.
2. DEFINISI
DAN CIRI-CIRI RME
RME
atau pendidikan matematika realistik adalah suatu pendekatan yang memandang
matematika sebagai suatu kegiatan manusia (human
activities) dan belajar matematika sebagai suatu kegiatan matematika (doing of mathematics). RME merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk matematika.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa RME adalah pendekatan
pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa.
Sebagai
salah satu pendekatan dalam pembelajaran, RME memiliki ciri-ciri yang dapat
membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Adapun ciri-ciri RME
adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan
konteks dunia nyata, yaitu masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai
titik tolak dari mana matematika yang diinginkan muncul.
b. Menggunakan
model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan matematika.
c. Menggunakan
hasil dan kontruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk
menemukan konsep-konsep matematis, dibawah bimbingan guru.
d. Pembelajaran
terfokus pada siswa.
e. Terjadi
interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi kegiatan
memecahkan masalah kontekstual yang realistic,
mengorganisasikan pengalaman matematika dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan
masalah tersebut.
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa berperan aktif dalam
mengemukakan ide-ide dan konsep-konsep baru dalam pembelajaran yang berdasarkan
pengalaman dan pemahaman siswa dari dunia nyata.
3. IMPLEMENTASI
RME
Secara
umum RME mengkaji materi apa yang akan diajarkan kepada siswa berserta
rasionalnya (mengapa materi itu perlu diajarkan), bagaimana siswa belajar
matematika, bagaimana topik-topik matematika seharusnya diajarkan, serta
bagaimana menilai kemajuan belajar siswa. Menurut Gravemeijer sebagaimana yang
dikutip oleh Darto ada tiga prinsip kunci dalam RME yaitu sebagai berikut :
a. Penemuan
kembali secara terbimbing (Guided
Reinvention).
b. Fenomena
Dikdaktik (Didactical Phenomenology).
c. Pemodelan
(Emerging Models).
Penjelasan
secara lebih rinci tentang tiga prinsip kunci dalam RME tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Penemuan
kembali secara terbimbing (Guided
Reinvention)
Melalui topik-topik matematika yang disajikan, siswa harus diberi
kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses yang dilalui oleh
pakar matematika ketika menemukan konsep-konsep matematika. Hal ini dilakukan
dengan cara memasukkan sejarah matematika, memberikan soal-soal kontekstual
yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi (soal divergen), dilanjutkan dengan
mematematisasi prosedur pemecahan yang sama, serta perancangan rute (alur)
belajar sedemikian rupa sehingga siswa menemukan sendiri konsep-konsep atau
hasil.
b. Fenomena
Dikdaktik (Didactical Phenomenology)
Dalam
RME, topik-topik matematika yang diajarkan harusnya dikaitkan dengan fenomena
sehari-hari. Topik-topik ini dipilih dengan dua pertimbangan : (1) aplikasinya,
(2) kontribusinya untuk perkembangan matematika lanjut. Pada pembelajaran
matematika, siswa diberi masalah soal-soal matematika yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa, kemudian mereka diminta untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan cara mereka sendiri. Dengan demikian pengajaran
dirancang sedemikian hingga siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya
dengan bimbingan guru.
c. Pemodelan
(Emerging Models)
Melalui
pembelajaran dengan pendekatan RME, siswa mengembangkan model mereka sendiri
sewaktu memecahkan soal-soal kontekstual. Pada awalnya, siswa akan menggunakan
model pemecahan yang informal (model of),
setelah terjadi interaksi dan diskusi di kelas, salah satu pemecahan yang
dikemukakan siswa akan berkembang menjadi model yang formal.
Pembelajaran
matematika berbasis RME harus dekat dengan kehidupan dan pengalaman-pengalaman
siswa. Di satu sisi, hal ini akan membantu siswa memahami makna dan kegunaan
matematika. Di sisi lain, siswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan
pemahaman mereka terhadap matematika berdasarkan pengetahuan informal yang
solid. Berkaitan dengan hal ini, konteks memegang peranan penting sebagai
penghubung antara matematika dengan lingkungan pengalaman siswa. Perlu diingat
bahwa konteks tidak perlu harus selalu
berupa situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa
situasi fantasi, yang lebih penting di sini adalah agar siswa dapat menempatkan
dirinya di dalam konteks, dan konteks itu sendiri dapat diorganisir secara
matematis. Secara lebih rinci bahwa pembelajaran RME haruslah dapat dibayangkan
dengan mudah, dapat dikenal, dan situasinya menarik, berhubungan dengan dunia
siswa, menghendaki pengorganisasian secara matematis, dimulai dengan
pengetahuan informal siswa, dan tidak terpisah dari proses soal-soal pemecahan
masalah, melainkan harus dapat membantu sampai ke penyelesaian yang dituju.
4. KONSEP
PEMBELAJARAN RME
Konsep
pembelajaran RME sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar, kemampuan
dalam memberikan argumentasi didalam penyelesaian soal-soal matematika.
Sehingga siswa mengerti apa yang mereka jawab.
Di
dalam RME, pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang riil sehingga siswa
dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam proses tersebut
peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses
rekontruksi ide dan konsep matematika sesuai dengan aspek-aspek pembelajaran
dalam RME.
Adapun
aspek-aspek pembelajaran matematika dalam RME menurut De lange yang dikutip
oleh Sutarto Hadi adalah sebagai berikut:
a. Memulai
pelajaran dengan mengajukan masalah yang “riil” bagi siswa sesuai dengan
pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat dalam pembelajaran
secara bermakna.
b. Permasalahan
yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran tersebut.
c. Siswa
mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap
persoalan atau masalah yang diajukan.
d. Pengajaran
berlangsung secara interktif: siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap
jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju
terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian
yang lain, dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pelajaran.
Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa siswa tidak dianggap sebagai penerima pasif, sebaliknya siswa
dianggap sebagai manusia yang memiliki seperangkat pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pemikiran
tersebut, RME mempunyai konsep tentang siswa. Konsep tentang siswa tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Siswa
memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang
mempengaruhi belajar selanjutnya.
b. Siswa
memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya
sendiri.
c. Pembentukan
pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi,
penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan.
d. Pengetahuan
baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat
ragam pengalaman.
e. Setiap
siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan
mengerjakan matematik.
Selama
proses pembelajaran siswa perlu mengembangkan ide-ide mereka dan memahami
konsep dari pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan apa yang ada
disekeliling mereka sehingga siswa dapat
terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam proses tersebut peran
guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses
mengungkapkan kembali ide dan konsep matematika
separti yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun peran guru dalam RME
adalah sebagai berikut:
a. Guru
hanya sebagai fasilitator.
b. Guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.
c. Guru
harus memberikan kesempatan pada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya sendiri, dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan riil.
d. Guru
tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, melainkan aktif
mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosia.
Dengan
demikian pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan RME dapat
menggiring siswa ikut aktif dalam pembelajaran dengan arahan dan bimbingan
guru. Arahan dan bimbingan guru bertujuan agar ide-ide yang di kemukakan siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. MATERI
BANGUN DATAR
Bangun
datar biasa dikenal dengan Dimensi Dua. Materi ini diberikan kepada siswa kelas
XI SMK untuk semua jurusan. Sekilas materi ini tidak terlihat mudah, tetapi
jika beberapa bangun datar di gabungkan dalam suatu rangkaian dan sisi yang
diketahui panjangnya, maka siswa akan mulai kebingunan melihat rangkaian bangun
datar tersebut. Siswa akan mulai berpikir bagian yang mana dulu yang harus
mereka kerjakan. Untuk siswa yang mempunyai semangat belajar yang tinggi,
mereka akan berusaha mencari penyelesaiannya. Namun, siswa yang memiliki
semangat belajar yang rendah mereka akan membiarkan hal tersebut.
Pada
materi bangun datar terdapat 3 Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh
siswa, yaitu:
1. Mengidentifikasi
sudut
2. Menentukan
luas dan keliling bangun datar
3. Transformasi
bangun datar
Berdasarkan
3 KD tersebut, maka penerapan media yang digunakan terfokus pada KD ke-2 yaitu
menentukan luas dan keliling bangun datar dengan sub materi menentukan luas dan
keliling bangun datar.
B. PENERAPAN
ASSURE DALAM PEMBELAJARAN
Model
ASSURE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk jenis media yang
tepat dalam proses pembelajaran. Model ini dikembangkan untuk menciptakan
aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan
pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini, berorentasi pada
KBM. Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media,
bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan belajar.Assure model di
desain untuk membantu Guru dalam merancang rencana pembelajaran yang
terintegrasi dan efektif dengan menggunakan teknologi dan Media dalam kelas.
1. Analyze
learner (menganalisis pebelajar)
Pada
tahap ini guru menganalisi siswa dengan cara melihat latar belakang siswa,
melihat cara siswa belajar, memperhatikan cara siswa menyelesaikan suatu
permasalah, dan mendengarkan pendapat atau ide yang diberikan oleh siswa. Dalam
hal ini sebagian besar siswa yang saya ajar adalah siswa yang dapat dikatakan
memiliki kemampuan menganalisa dan memecahkan masalah yang rendah. Hal ini
dapat dilihat dari hasil latihan-latihan yang diberikan. Jika soal yang
diberikan berupa analisa, maka siswa hanya sebagian kecil yang dapat
menyelesaikannya. Para siswa akan lebih semangat dalam pembelajaran jika
menggunakan media tertentu sehingga mereka tidak terpaku dengan penjelasan yang
diberikan guru yang terkesan menceramahi. Penggunaan media pada sub materi
menghitung luas dan keliling bangun datar yang diraster diharapkan dapat
membuat proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan siswa dapat memahami
materi yang diberikan.
2. State
Standards and Objacctives (merumuskan tujuan pembelajaran)
Tahap
selanjutnya adalah menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai adalah siswa dapat menentukan luas dan keliling dari bangun datar
yang diraster sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Select
Strategies , Technology, Media , and Materials (memilih strategi , metode,
media dan bahan ajar)
Tahap
ketiga adalah memilih strategi, metode pembelajaran, media, dan bahan ajar yang
tepat. Pada materi ini saya menggunakan metode pembelajaran Realistic
Mathematics Education (RME). RME merupakan metode pembelajaran yang member
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki
sehingga mereka dapat mengembangkan ide yang dimiliki dan akhirnya dapat
menemukan sesuatu yang baru dan berguna dalam pembelajaran. RME juga metode
pembelajaran dimana siswa belajar dari apa yang mereka ketahui dan memberikan
contoh-contoh sesuai apa yang pernah mereka lakukan. Ada 5 fase dalam RME,
yaitu:
a. Establishing
set
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi
latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
|
b. Demonstrating
|
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar,
menyajikan informasi tahap demi tahap
|
c. Guided
practice
|
Merencanakan dan memberi pelatihan awal
|
d. Feed
back
|
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
e. Extended
practice
|
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan,
dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam
kehidupan sehari-hari
|
Agar RME dapat berjalan dengan
semestinya, maka diperlukan media yang menunjang pembelajaran. Media yang
digunakan adalah media yang dapat dirasakan oleh siswa, dapat dilihat dan
disentuh oleh siswa. Media yang digunakan adalah kardus bekas yang telah di
desain berbentuk beberapa bangun datar sebelumnya. Agar media tersebut dapat
menarik siswa, maka kardus bekas tersebut di beri tempelan kertas minyak dan
diharapka siswa lebih bersemangat dan termotivasi uantuk belajar.
4. Utilize
Tachnology ,Media , and Material (memanfaatkan Teknologi , media, dan bahan
ajar)
Setelah
seluruh perangkat pembelajaran siap digunakan, maka tahap selanjutnya adalah
penerapan di dalam kelas. Seluruh media yang telah dibuat diharpkan dapat
mempermudah guru dalam memberikan materi dan sisiwa dengan cepat dapat menerima
materi tersebut. Penggunaan media dalam pembelajaran harus disertai dengan
pengawasan dan kedisiplinan yang tinggi, karena jika terlalu mengedepankan
media dalam pembelajaran, siswa dapat bermain-main dan tujjan pembelajaran
tidak tercapai.
5. Require
Learner Participation (mengembangkan peran serta pebelajar)
Pada
tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri
mereka dengan cara dipilih salah seorang siswa, kemudian siswa tersebut diminta
untuk menyusun beberapa bangun datar sehingga membentuk rangkaian dan mencari
nilai luas serta kelilingnya. Guru juga dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok
dan setiap kelompok ditugaskan untuk membuat rangkaian bangun datar. Setelah
rangkaian tersebut selesai, maka kelompok lain yang akan mencari luas dan
keliling dari rangkaian bangun datar tersebut.
6. Evaluate
and Revise (menilai dan memperbaiki)
Setelah semua kegiatan
pembelajaran dilaksanak, maka tugas guru selanjutnya adalah menilai pekerjaan
siswa dan memperbaiki jika terdapat kesalahan. Selanjutnya siswa dan guru
merangkum pembelajaran.
BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. LANGKAH-LANGKAH
PERENCANAAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. PENGGUNAAN
KARDUS BEKAS SEBAGAI MEDIA
Sebelum
kardus bekas digunakan sebagai media pembelajaran, kardus tersebut harus di
olah terlebih dahulu. Kardus didesain sedemikian rupa membentuk beberapa bangun
datar. Setelah itu, beberapa bangun
datar disusun sesuai pola yang diinginkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan media ini adalah :
a. Bagian
warna putih pada susunan gambar. Bagian putih ini adalah luas daerah bangun
datar yang di raster.
b. Bagian
garis hitam tebal. Bagian ini adalah keliling daerah bangun datar yang diraster
2. DESAIN
MEDIA
a. Alat
dan bahan
Untuk
menggunakan kardus bekasa sebagai media dalam pembelajaran yang perlu di
perhatikan adalah kelengkapan alat dan bahan yang digunakan. Adapun alat dan
bahan yang digunakan adalah:
1) Beberapa
kardus bekas
2) Gunting
3) Lem
4) Kertas
miyak beragam warna
5) Kertas
karton putih
b. Cara
membuat
1) Desain
pertama
a) Gunting
kardus berbentuk lingkarang dengan diameter 14 cm
b) Lingkaran
tersebut digunting 4 bagian sehingga menjadi ¼ lingkaran, kemudian tempelkan
kertas miyak.
c) Gunting
kardus berbentuk persegi dengan panjang sisi 14 cm kemudian tempelkan kertas
katon putih sebagai dasar rangkaian bangun datar
d) Gabungkan
beberapa potong ¼ lingkaran ke bangun persegi

2) Desain
kedua
a) Gunting
1 buah lingkaran dengan diameter 14 cm, bagi 2 kemudian 1 sisi tempelkan kertas
minyak dan sisi lain tempelkan dengan kertas putih
b) Gunting
1 buah segitiga sama kaki dengan panjang alas 14 cm dan tinggi 7 cm, kemudian tempelkan
dengan kertas minyak
c) Gunting
1 buah persegi dengan panjang sisi 14 cm, tempelkan dengan kertas karton putih.
![]() |
3) Desain
ketiga
a) Gunting
1 buah persegi dengan panjang sisi 20 cm kemudian tempelkan dengan kertas
minyak
b) Gunting
1 buah lingkaran dengan diameter 20 cm kemudian temple dengan kertas karton
putih
c) Gunting
½ lingkaran dengan diameter 20 cm, bagi 2, kemudian tempelkan dengan kertas
minyak
d) Rangkailah
bangun-bangun tersebut
![]() |
4) Desain
keempat
a) Guntinglah
½ lingkaran dengan diameter 28 cm kemudian tempelkan dengan karton putih
b) Guntinglah
½ lingkaran dengan diameter 14 cm kemudian tempelkan dengan kertas minyak
c) Rangkailah
bangun tersebut

5) Desain
kelima
a) Guntinglah
1 buah persegi panjang dengan panjang 21 cm dan lebar 14 cm kemuadian tempelkan
dengan karton putih
b) Guntinglah
¼ lingkarang dengan jari-jari 14 cm kemudian tempelkan dengan kertas minyak
c) Guntinglah
½ lingkaran dengan diameter 14 cm kemudian tempelkan dengan kertas minyak
d) Rangkailah
bangunan tersebut
![]() |
B. RPP
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : XI/2
Jurusan : Adm. Perkantoran,
Pemasaran, Akuntansi
Alokasi
Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi : Menentukan kedudukan
jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam ruang
dimensi dua
Kompetensi
Dasar : Menentukan luas dan
keliling bangun datartidak beraturan (daerah raster)
I.
Indikator
1.
Menentukan luas dan keliling bangun atar yang
tidak beraturan (raster)
II.
Tujuan Pembelajaran
1.
Siswa dapat menentukan luas dan keliling bangun
datar yang tidak beraturan (raster)
III.
Materi
Pelajaran
1.
Luas bangun datar yang diraster
IV.
Metode Pembelajaran
1.
Realistic Mathematics Education (RME)
V.
Langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan
Fase 1 (Establishing Set)

a. Apersepsi
: Mengingat kembali tentang rumus luas dan
keliling bangun datar
b. Motivasi
: Menghubungkan materi yang diajarkan kedalam kehidupan sehari-hari siswa serta
berdasarkan apa yang ada disekeliling siswa sesuai dengan pengalaman dan
tingkat pemahaman siswa.
c. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, dan
mempersiapkan siswa untuk belajar
2. Kegiatan
inti
a. Fase 2 (Demonstrating)
1) Guru
menampilkan satu bangun persegi berwarna putih dan bertanya kepada siswa
bagaimana menentukan luas bangun tersebut.
2) Siswa
menjawab pertanyaan siswa dan guru meresponnya.
3) Guru
kembali menampilkan bangun ¼ lingkaran dan meletakkan di sudut bangun persegi
sehingga persegi ditutupi dengan bangun ¼ lingkaran tersebut
4) Guru
bertanay kepada siswa bagaimana cara menentukan luas bangun datar yang tidak
tertutup.
5) Jika
siswa tidak mengetahui jawabannya, maka guru menjelaskan cara menentukan luas
bangun datar tersebut dengan cara terlebih dahulu harus menentukan luas
persegi, kemudian menentukan luas ¼ lingkaran. Setelah itu untuk menentukan
luas yang tidak tertutupi dengan cara mencari selisih antara kedua bangun
tersebut.
6) Guru
memastikan pemahaman siswa
7) Guru
kembali menampilkna bangun ¼ lingkaran sebanayk 3 buah dan kembali menutupi
bagian sudut bangun persegi.
8) Guru
bertanya kembali bagaimana cra menentukan luas bangun yang tidak tertutupi.
9) Guru
mempersilahkan siswa untuk menuliskan cara dan jawabannya di papan tulis.
10) Guru
memeriksa jawaban siswa
b. Fase 3 (Guided
Practice) : Guru membagikan lembar latihan awal kepada
siswa (terlampir) dan membimbing siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan
latihan.
c. Fase 4 (Feed
Back) : Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan
cara guru meminta beberapa siswa untuk memaparkan hasil kerjanya dipapan tulis
dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikan dengan seksama. Selanjutnya
guru dan siswa mendiskusikan kebenaran hasil kerja yang sudah dipaparkan.
d. Fase 5 (Extended
Practice) : Guru memberikan latihan lanjutan (terlampir)
3. Penutup
a. Guru
bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
b. Guru
memberikan informasi kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
selanjutnya di rumahda memberikan siswa Pekerjaan Rumah (PR).
VI.
Sumber Belajar
1.
Buku matematka kelas XI
2.
LKS
VII.Penilaian
1.
Kuis
2.
Tes tertulis
3.
Penugasan
4.
Pengamatan
Mengetahui,
Pekanbaru, Juli
2013
Kepala Sekolah Guru Bidang studi
Drs. Rahman, M. Pd Chinta
Pramita, S. Pd
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : XI/2
Jurusan : Adm. Perkantoran,
Pemasaran, Akuntansi
Alokasi
Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi : Menentukan kedudukan
jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam ruang
dimensi dua
Kompetensi
Dasar : Menentukan luas dan
keliling bangun datartidak beraturan (daerah raster)
I.
Indikator
1. Menentukan
luas dan keliling bangun atar yang tidak beraturan (raster)
II. Tujuan
Pembelajaran
1. Siswa
dapat menentukan luas dan keliling bangun datar yang tidak beraturan (raster)
III. Materi Pelajaran
1.
Keliling bangun datar yang diraster
IV. Metode
Pembelajaran
1. Realistic Mathematics Education (RME)
V. Langkah
Pembelajaran
1. Pendahuluan
Fase 1 (Establishing Set)

a. Apersepsi
: Mengingat kembali tentang rumus luas dan
keliling bangun datar
b. Motivasi
: Menghubungkan materi yang diajarkan kedalam kehidupan sehari-hari siswa serta
berdasarkan apa yang ada disekeliling siswa sesuai dengan pengalaman dan
tingkat pemahaman siswa.
c. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, dan
mempersiapkan siswa untuk belajar
2. Kegiatan
inti
a. Fase 2 (Demonstrating)
1) Guru
menampilkan satu bangun persegi berwarna putih dan bertanya kepada siswa
bagaimana menentukan keliling bangun tersebut.
2) Siswa
menjawab pertanyaan siswa dan guru meresponnya.
3) Guru
kembali menampilkan bangun ¼ lingkaran dan meletakkan di sudut bangun persegi
sehingga persegi ditutupi dengan bangun ¼ lingkaran tersebut
4) Guru
bertanya kepada siswa bagaimana cara menentukan keliling bangun datar yang
tidak tertutup.
5) Jika
siswa tidak mengetahui jawabannya, maka guru menjelaskan cara menentukan keliling
bangun datar tersebut dengan cara terlebih dahulu harus menentukan panjang
bujur ¼ lingkaran pertama dengan menggunakan rumus ¼ keliling lingkaran,
kemudian menghitung panjang busur lingkaran yang kedua dengan cara yang sama.
Setelah itu untuk menentukan keliling yang tidak tertutupi dengan cara menjumlahkan
sisi-sisi yang mengelilingi bangun yang tidak beraturan tersebut.
6) Guru
memastikan pemahaman siswa
7) Guru
kembali menampilkan bangun ¼ lingkaran sebanayk 3 buah dan kembali menutupi
bagian sudut bangun persegi.
8) Guru
bertanya kembali bagaimana cara menentukan keliling bangun yang tidak
tertutupi.
9) Guru
mempersilahkan siswa untuk menuliskan cara dan jawabannya di papan tulis.
10) Guru
memeriksa jawaban siswa
b. Fase 3 (Guided
Practice) : Guru membagikan lembar latihan awal kepada
siswa (terlampir) dan membimbing siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan
latihan.
c. Fase 4 (Feed
Back) : Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan
cara guru meminta beberapa siswa untuk memaparkan hasil kerjanya dipapan tulis
dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikan dengan seksama. Selanjutnya
guru dan siswa mendiskusikan kebenaran hasil kerja yang sudah dipaparkan.
d. Fase 5 (Extended
Practice) : Guru memberikan latihan lanjutan (terlampir)
3. Penutup
a. Guru
bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
b. Guru
memberikan informasi kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
selanjutnya di rumahda memberikan siswa Pekerjaan Rumah (PR).
VI. Sumber
Belajar
1. Buku
matematka kelas XI
2. LKS
VII.Penilaian
1. Kuis
2. Tes
tertulis
3. Penugasan
4. Pengamatan
Mengetahui,
Pekanbaru, Juli
2013
Kepala Sekolah Guru Bidang studi
Drs. Rahman, M. Pd Chinta
Pramita, S. Pd
bagus sekali. .
BalasHapusThe Climb 3 Hotel, Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusDirections to The 공주 출장마사지 Climb 3 Hotel, Casino & Spa in Paradise, NV. 경기도 출장안마 On 제주도 출장마사지 this page you 광주 출장마사지 can easily see information, 인천광역 출장안마 dates, contact details.